RSS

Profil - Tavi


Tavi Gevinson  A Sensational Fashion Blogger


Tavi, yang lahir pada 21 April 1996 ini adalah nama dibalik popularitas blog fashion Style Rookie. perempuan ini memulai blogging waktu berumur 11 tahun, yang padahal cuma berbekal kamera poket dan tripod tua punya ayahnya. Tavi bukanlah seorang terlalu yang ahli dalam bidang fashion, tetapi di dalam blog fashionnya dia tidak membatasi apa yang akan di posting. Inspirasi gayanya yang punya  statement itu sebagian besar berasal dari majalah, diimbangi sama selera film, dan musik yang cenderung rumit dan beda dari perempuan seusianya. Tidak butuh waktu yang lama, setahun berikutnya blog dan gaya Tavi bolak balik dijadiin feature di majalah-majalah kayak Pop, Teen Vogue, dan French Vogue. Tavi juga pernah menulis buat Harper’s Bazaar, dan mendapatkan semua yang diimpikan fashion lovers. Mulai dari diundang ke runway shows, sampai bareng sebaris sama editor majalah dan desainer, sampai kebanjiran pujian dan fashion items yang semuanya gratis. Blognya Style Rookie sekarang sudah punya lebih dari 1,5 juta pengunjung tetap tiap bulannya.

Melihat karir Tavi sebagai fashion blogger yang cemerlang bikin banyak orang penasaran soal latar belakang keluarganya. Tavi memang bukan berasal daro keluarga yang tinggal di daerah elit. Keluarga Tavin tinggal di Oak Park, Illionis, Chicago, yang tidak mendidik anaknya-anaknya untuk kenal dunia fashion sejak kecil. Makanya kedua orang tuanya Tavi kaget waktu tahu aktifitas fashion blogging Tavi ternyata sampai bakal dijadikan cerita di New York Times magazine. Walaupun nama Tavi sudah mendunia tapi tetap tidak ada yang berubah, orang tua Tavi mendukung penuh apa yang dilakukan Tavi. Bahkan, kedua orang tua Tavi bergantian jadi pendamping saat anaknya harus hadir di berbagai fashion event yang tidak jarang diselenggarakan diluar benua amerika.

Meski diidolakan banyak desainer terkenal dan sering diundang ke berbagai sekolah dan kampus untuk jadi pembicara tentang social media dan industry fashion menurut perspektifnya di sekolah dan kampus, kesuksesan Tavi ini tidak selalu dapat tanggapan yang positif yang sama. Sering juga malah Tavi bikin iri banyak blogger remaja lainnya, terutama soal umurnya yang masih muda banget tapi udah dapet kesempatan sebesar ini. Belum lagi soal kritikan yang asalnya dari orang-orang fashion itu sendiri, kayak editor Elle, Annne Slowey, yang mengganggap isi blog dan gayanya Tavi tidak cukup otentik buat dijadikan trendsetter. Bukannya tidak pernah merasa ‘jatuh’, Tavi sendiri pernah nangis dan sempat vakum blogging karena komentar jelek dari orang lain. Tapi dengan dukungan orang-orang yang percaya padanya, Tavipun balik lagi dan siap ngebuktiin kalau umur bukan segalanya.

Banyak yang menanyakan keputusannya untuk tidak muncul di acara yang dianggap bukan segmen pasarnya. Buktinya dia memilih untuk menolak tawaran tampil di oprah dan The Tonight Show. Dia merasa audiens show besar macam itu bukanlah orang-orang yang dia ingin tahu tentangnya. Dia sudah sangat senang bisa menyeimbangkan karir fashion dan kehidupan remajanya kayak sekarang. Tapi buat masa depannya nanti, Tavi masih belum yakin akan terus ada di dunia fashion.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Editorial - Teori SEES


Masih Layakkah Ujian Nasional?


Ujian Nasional 2012 akan dilaksanakan pada bulan April dan Mei untuk jenjang SD, MI, MTS, SMP, SMA, MA, SMK. Sekolah, guru dan siswa sekarang sudah mulai terkena kegandrungan UN 2012. Semua sudah mulai bersiap-siap bagaimana bisa lolos di UN 2012.  Sebagaimana yang diketahui, Ujian Nasional merupakan syarat kelulusan bagi para siswa dan siswi yang telah menempuh masa pendidikan sesuai dengan tingkat pendidikan.

Namun, dengan menjadikan Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan yang mutlak, membuat siswa dan siswi harus memutar otak bagaimana dapat melewati Ujian Nasional dengan baik dan lancar. Tidak jarang sebagian besar siswa dan siswi menempuh jalur yang dikatakan ‘Curang’ dengan membeli kunci jawaban.

Fakta mengenai kunci jawaban ini, memang sudah sarat di dengar dari tahun ke tahun sejak awal mulai Ujian Nasional dijadikan syarat kelulusan. Banyak siswa siswi yang rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli kunci jawaban demi menyukseskan Ujian Nasional.


Pemerintah, masih berpegang erat dengan menetapkan bahwa Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan untuk setiap tingkat pendidikan. Namun, dengan banyaknya fakta kejadian mengenai kunci jawaban, tidak membuat pemerintah mau membuat alternatif lain yang menjadi syarat kelulusan ujian nasional.
Melihat bagaimanapun pemerintah melalukan penjagaan ketat terhadap jalannya Ujian Nasional, tidak menyurutkan fakta bahwa kunci jawaban tersebut masih tetap beredar, dan yang melakukannya adalah ‘orang dalam’ . melihat fenomena yang terjadi dari tahun ketahun, tidakkah pemerintah berpikir ulang mengenai alternatif lain sebagai syarat kelulusan?

Bukan merupakan hal yang sulit mengenai bagaimana cara mendapatkan kunci jawaban,
BANDUNG, Kunci jawaban ujian nasional (UN) SMP/MTs di Kota Bandung diduga beredar melalui grup BlackBerry (BB) milik siswa. Hal itu diakui salah satu siswa SMP di Kota Bandung, sebut saja Budi, pada hari pertama pelaksanaan Ujian Nasional yang mengujikan mata pelajaran bahasa Indonesia.
Budi mengaku, kunci jawaban yang beredar lewat grup BB tersebut untuk lima paket soal Ujian Nasional. Menurutnya, pesan yang beredar berisi kunci jawaban ini hanya berupa abjad sesuai jenis soal UN yang merupakan pilihan ganda. Setiap masing-masing paket terdapat kunci jawaban yang berbeda.
Pemerintah, diharapkan memikirkan alternatif lain yang menjadi syarat kelulusan bagi setiap tingkat pendidikan. Banyaknya kecurangan-kecurangan yang terjadi dikalangan siswa dan siswi, harusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah dalam menetapkan syarat kelulusan. Dengan beredarnya fakta-fakta mengenai kunci jawaban, masih layakkah menjadikan Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan yang mutlak?

 Teori yang digunakan : Teori SEES



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Editorial - Koran


Editorial

Haruskah Mahasiswa Turun Tangan ‘Lagi’  dan Jadi Korban ‘lagi’ ?

Rencana kenaikan harga BBM per 1 April tampaknya membuat banyak pihak harus turun tangan untuk menolaknya.  Tidak hanya partai oposisi ( Fraksi PDI-P, Fraksi Gerindra dan Fraksi Hanura ) yang menolak kebijakan pemerintah, tetapi juga mahasiswa dari berbagai universitas ikut ambil bagian dalam menolak kenaikan harga BBM.
Seperti yang terjadi  di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Kamis (29/3), Sebanyak delapan mahasiswa dilaporkan mengalami luka tembak dalam aksi demo berbuntut bentrokan antara mahasiswa dengan aparat. Dari delapan mahasiswa, tiga di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Belum lagi bentrok mahasiswa yang terjadi pada Jumat ( 30/3) di depan gedung DPR, yang mengakibatkan korban baik mahasiswa dan juga pendemonstran yang bukan mahasiswa.

Kejadian tersebut mengingatkan kita akan kejadian Mei 98 yang dimana mahasiswa berani turun tangan langsung sebagai penyalur aspirasi dari rakyat yang hanya bisa bungkam melihat jalannya pemerintahan. Geramnya mahasiswa terhadap pemerintahan yang sulit sekali dideskripsikan dengan kata-kata, membuat mahasiswa mengambil cara-cara anarkis dalam menyalurkan kekesalan mereka terhadap pemerintahan.

Dalam kejadiaan ini tidak ada pihak yang bisa disalahkan baik mahasiswa ataupun aparat yang bertugas. Tetapi, dari kejadian ini, baiknya menjadi salah satu pertimbangan bagi Pemerintah pada saat ingin membuat kebijakan-kebijakan yang dapat berdampak besar bagi rakyat, serta mengimbangi kinerja pemerintah dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Sehingga, tidak membuat mahasiswa harus turun tangan setiap kali pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang berdampak bagi rakyat, dan jangan sampai harus ada korban ‘lagi’.

Selain pers yang dianggap sebagai Watch Dog , dalam pemerintahan, sebaiknya pemerintah juga harus memperhitungkan Mahasiswa sebagai watch dog, yang mengawasi jalannya pemerintahan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Feature Human Interest


“Jakarta Itu Kota Keras, Tut…”

Jakarta merupakan Ibu Kota negara Indonesia. Jakarta yang biasa dijuluki kota metropolitan ini, merupakan kota yang berada di peringkat satu untuk urusan urbanisasi. Setiap tahunnya selalu meningkat jumlah urbanisasi. Perantau dari berbagai kota berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk sekedar  mencoba peruntungan dalam mengadu nasib. Salah satunya adalah Astuti. Wanita  berusia 35tahun asal Tegal – Jawa Tengah ini, mencoba peruntungannya dalam mengadu nasib di Jakarta.
Astuti, wanita yang akrab di sapa Tuti ini, saat ini berprofesi sebagai Pembantu Rumah Tangga di salah satu rumah, di bilangan Jakarta barat. Menjadi pembantu rumah tangga merupakan pilihan terakhirnya, dari sekian pekerjaan dan usaha yang Ia jalankan, namun tidak berjalan semulus apa yang diharapkan. “ kalau enggak jadi pembantu, mau kerja jadi apalagi toh dijakarta bermodal ijasah SD doang,” – Ujar Tuti dengan logat Jawa Tegal yang masih melekat.
Kedatangan Tuti ke Jakarta pertama kali adalah usulan  Ari salah satu saudara yang bekerja sebagai tukang sampah di daerah komplek perumahan dimana sekarang tuti bekerja. Dengan tujuan awal untuk  membantu usaha warung tegal milik keluarga dan bekerja sambilan sebagai buruh pabrik untuk membantu perekonomian keluarga. “ Nanti kamu Tut kerja di pabrik, kalo lagi gak ada shiftnya bantu-bantu di warteg” – Kata Tuti sambil menirukan perkataan Ari Saudaranya.
 Akhirnya dengan berani Tuti mau mencoba bekerja dijakarta dengan harapan dapat berhasil dan membawa hasil yang banyak saat kembali ke kampung. .sesampainya di Jakarta Tuti bekerja membantu usaha warung tegal milik keluarga sebagai tukang masak, sambil menunggu pekerjaan sebagai buruh pabrik. “kebetulan wartegnya buka disebelah pabrik jadi kalau kerja deket.” Tambah Tuti tersenyum.
Setelah cukup lama Tuti bekerja diwarung tegal, Tuti mendapat kesempatan untuk bekerja di pabrik, menjadi buruh di pabrik tersebut, namun dengan perjanjian kerja kontrak selama tiga bulan. .Setelah tiga bulan, Tuti tidak diperpanjang kontraknya sebagai buruh pabrik. “ Namanya juga orang kampung ijasah SD doang, mungkin aja kali makanya enggak diperpanjang kontraknya,”- Ujar Tuti Pasrah.
 Selesai, bekerja sebagai buruh Tuti mau bekerja di Warung Tegal usaha keluarga, namun karena ada sedikit masalah keluarga yang cukup keruh, yang akhirnya membuat Tuti memutuskan untuk mencari pekerjaan lain dan tidak bekerja lagi di warung tegal tersebut.
 Teringat dengan sang Suami dikampung yang berprofesi sebagai penjual es kelapa, Tuti mencoba peruntungannya dalam menjual es kelapa. Namun sayang, usaha Tuti tidak berlangsung lama, karena kurang laku es kelapa tersebut.”Enggak balik modal, udah modalnya pinjem sama orang dikampung, modalpun habis,” kata Ibu dari satu orang anak ini.
Akhirnya setelah beberapa bulan mengganggur, Tuti berpikiran untuk balik kekampung dan meneruskan membantu suami berjualan es kelapa. “ Pengennya pulang aja kekampung, dikota udah enggak ada yang bisa dikerjain, tapi saya kalau pulang malu enggak bawa apa-apa. Orang dikampung kalau denger ada yang mau ke jakarta pasti pada mikir kalau pulang pasti bawa uang banyak,” Ujar wanita yang masih sangat khas logat jawa tegalnya.
Akhirnya setelah beberapa bulan mengganggur, akhirnya Tuti ditawari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga oleh Saudaranya Ari , yang membawa Tuti ke Jakarta. Kebetulan ada rumah yang sedang membutuhkan pembantu, lalu menanyakan kepada Ari yang sehari-hari bekerja sebagai tukang sampah. Lalu Ari mencoba menawarkan kedapa Tuti, Akhirnya, Tuti menerima pekerjaan tersebut, sudah hampir dua tahun Tuti bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman tersebut. “daripada enggak ada kerjaan, dikampung juga enggak ngapa-ngapain mendingan kerja begini, lumayan udah bisa kredit motor dikampung hehe ” ujar Tuti tertawa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GOLPUT




Golongan Putih Itu Pilihan

 

By : Google
Jakarta, Kamis (20/9) merupakan, hari penentuan, dimana puteran kedua pemilihan Calon dan Wakil Gubernur kota Jakarta dilakukan. keteganganpun mewarnai jalannya pemilihan Cagub dan Cawagub Kota Jakarta, dimana rakyat Jakarta, menggantungkan semua harapan untuk Jakarta yang lebih baik, melalui Pemilihan Cagun dan Cawagub ini. Secercah harapan untuk Jakarta lebih baik menjadi landasan rakyat Jakarta rela meluangkan waktunya untuk pergi ke tempat pemungutan suara ( TPS ) untuk memberikan hak suaranya.
Dari sekian banyak warga yang antusias dan semangat dalam memberikan  hak suaranya dalam pemilihan Cagub dan Cawagub. Tidak sedikit warga yang memilih untuk tidak menggunakan hak suaranya atau biasa disebut Golongan Putih (golput). Menurut Lembaga Survei Indones ( LSI ) Angka Golongan putih (Golput) di Pemilukada DKI Jakarta 2012 mencapai 37,05 persen, atau naik sekira 2,6 persen dibandingkan jumlah Golput pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2007 yang berjumlah 34,9 persen.
Tidak dapat dipungkiri, setiap ada pemilihan pasti ada yang memilih untuk menjadi golongan putih dengan berbagai alasan. Salah satunya adalah Rivanny, Mahasisiswi di suatu universitas swasta di Jakarta, merupakan  warga Jakarta yang sehari-hari melalukan aktifitas dikota metropolitan. Ditanya mengenai  mengapa memilih sebagai golongan putih? Rivanny yang akrab di sapa vanny ini menjawab, kalau terlalu banyak kekecewaannya terhadap Gubernur yang ‘lalu’, banyak janji yang tidak ditepati, banyak kata-kata yang tidak bisa dipegang dan banyak impian-impian yang tidak terealisasikan. “memang bukan semua salah Gubernur, tapi selama ini saya belum meliat action yang real yang dilakukan seperti turun langsung ke lapangan” . meskipun menjadi golongan putih, tapi Vanny berharap siapapun yang menang tidak hanya memeberi janji  untuk Jakarta yang lebih baik, namun  harus ada realisasinya, agar tidak mengecewakan rakyat Jakarta.
Menurut Lembagai Survei Indonesia (LSI ) tidak dapat dipungkiri rasa kecewa dan tidak percaya  merupakan salah satu faktor, dimana seseorang lebih memilih menjadi golongan putih dan tidak menggunakan hak suaranya pada saat pemilihan Calon dan Wakil Gubernur 2012. Walau sudah di himbau untuk tidak golput agar hak suaranya tidak dipakain untuk kecurangan, namun, setiap rakyat mempunyai hak. Dan menjadi Golongan Putih itu pilihan. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

as sweet as sugar


as sweet as sugar 

when you wear a skirt, you'll look more sweet, maybe you'll as sweet as sugar. haha :)





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Which one better ?


Which one better ?


black make you look gorgeous and slim hehe :)  





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS